Umar bin Abdul Azis juga merupakan pemimpin yang agung dengan kecerdasan spiritual yang tinggi. Pada dirinya selain sebagai khalifah (pemimpin negara), juga sebagai ulama. Dia pemimpin
Umar bin Abdul Azis juga merupakan pemimpin yang agung dengan kecerdasan spiritual yang tinggi. Pada dirinya selain sebagai khalifah (pemimpin negara), juga sebagai ulama. Dia pemimpin yang berhasil dalam memimpin negara dan masyarakat dalam bentuk yang seindah-indahnya.
Sesudah Nabi Muhammad s.a.w. dan Khulafaur Rasyidin, Islam tidak pernah dipraktekkan dalam bentuknya yang murni dan hakiki, kecuali di masa pemerintahannya. Ia berhasil mengubah status quo dalam revolusi kepemimpinan serta mengubah negara menjadi ”Surga dunia” yang dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Negara tersebut telah mewujudkan kemakmuran, kerukunan dan kedamaian lahir batin. Rahasianya terletak pada pesona kepribadiannya sebagai pengemudi pembina yang sederhana dalam makan, berpakaian dan berkendaraan. Untuk menunaikan ibadah haji, beliau kesulitan biaya.
Ketika beliau melihat anak beliau keluar rumah berhari raya dengan pakaian yang amat sederhana bahkan sobek, sekalipun bersih, ditengah-tengah anak-anak lain yang bermain dengan penuh gembira-ria dengan pakaian mereka yang serba baru, keluarlah air mata beliau karena terharu.
Ketika meninggal hartanya hanya 17 dinar, padahal ia keturunan bangsawan yang kaya raya. Lima dinar untuk kain kafannya, 2 dinar untuk tanah pekuburannya dan sisanya 10 dinar itulah yang dibagikan kepada 11 putranya. Bila orang datang ke rumahnya di malam hari untuk membicara masalah pribadi, maka lebih dahulu dimatikannya lampu yang dibiayai dengan uang negara, dan dinyalakan lampu minyak dari kantongnya sendiri.
Ini untuk menjaga jangan sampai uang rakyat terpakai untuk hal diluar kepentingan dinas, yang sama sekali tidak diperbolehkan. Umar bin Abdul Azis memecat pejabat yang zalim (menindas), mengembalikan hak milik yang dirampas, membela rakyatnya yang tidak diperlakukan adil di pengadilan dan mengembalikan gereja kepada kaum nasrani.
Ketika sedang membagikan apel kepada rakyatnya. Tiba-tiba anaknya yang kecil mengambil apel itu kemudian dimasukkan ke mulutnya. Umar pun menepuk tangan mengambil apel di mulut anaknya itu, sehingga anaknya menangis dan lari ke ibunya. Akhirnya istrinya pergi ke pasar membeli apel.
Di Masjid, Umar menyenggol kaki laki-laki yang sedang tidur, laki spontan berkata ”Apakah engkau gila?”. Umar menjawab ”Tidak”. Mendengar perkataan laki-laki, pengawalnya marah bergerak untuk memukulnya, tetapi Umar menyabarkan pengawalnya ”Orang itu tidak berbuat apa-apa, dia cuma bertanya apakah engkau gila? Yang saya jawab dengan Tidak.”
Umar merupakan khalifah yang rendah hati, tidak pernah bohong dan takut pada azab akhirat. SQ memungkinkan pemimpin menjadi kreatif, mengubah aturan dan situasi. SQ memberikan kemampuan pemimpin untuk membedakan, terikat akat moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada batasnya.
Pemimpin menggunakan SQ untuk membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, serta membayangkan kemungkinan yang belum terwujud untuk bermimpi dan menjadikan pemimpin tersebut rendah hati. SQ menjadikan pemimpin yang benar-benar utuh secara intelektual, emosional dan spiritual.
M. Suyanto
Ketua STMIK AMIKOM Yogyakarta
Image From: pexels.com
Sesudah Nabi Muhammad s.a.w. dan Khulafaur Rasyidin, Islam tidak pernah dipraktekkan dalam bentuknya yang murni dan hakiki, kecuali di masa pemerintahannya. Ia berhasil mengubah status quo dalam revolusi kepemimpinan serta mengubah negara menjadi ”Surga dunia” yang dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Negara tersebut telah mewujudkan kemakmuran, kerukunan dan kedamaian lahir batin. Rahasianya terletak pada pesona kepribadiannya sebagai pengemudi pembina yang sederhana dalam makan, berpakaian dan berkendaraan. Untuk menunaikan ibadah haji, beliau kesulitan biaya.
Ketika beliau melihat anak beliau keluar rumah berhari raya dengan pakaian yang amat sederhana bahkan sobek, sekalipun bersih, ditengah-tengah anak-anak lain yang bermain dengan penuh gembira-ria dengan pakaian mereka yang serba baru, keluarlah air mata beliau karena terharu.
Ketika meninggal hartanya hanya 17 dinar, padahal ia keturunan bangsawan yang kaya raya. Lima dinar untuk kain kafannya, 2 dinar untuk tanah pekuburannya dan sisanya 10 dinar itulah yang dibagikan kepada 11 putranya. Bila orang datang ke rumahnya di malam hari untuk membicara masalah pribadi, maka lebih dahulu dimatikannya lampu yang dibiayai dengan uang negara, dan dinyalakan lampu minyak dari kantongnya sendiri.
Ini untuk menjaga jangan sampai uang rakyat terpakai untuk hal diluar kepentingan dinas, yang sama sekali tidak diperbolehkan. Umar bin Abdul Azis memecat pejabat yang zalim (menindas), mengembalikan hak milik yang dirampas, membela rakyatnya yang tidak diperlakukan adil di pengadilan dan mengembalikan gereja kepada kaum nasrani.
Ketika sedang membagikan apel kepada rakyatnya. Tiba-tiba anaknya yang kecil mengambil apel itu kemudian dimasukkan ke mulutnya. Umar pun menepuk tangan mengambil apel di mulut anaknya itu, sehingga anaknya menangis dan lari ke ibunya. Akhirnya istrinya pergi ke pasar membeli apel.
Di Masjid, Umar menyenggol kaki laki-laki yang sedang tidur, laki spontan berkata ”Apakah engkau gila?”. Umar menjawab ”Tidak”. Mendengar perkataan laki-laki, pengawalnya marah bergerak untuk memukulnya, tetapi Umar menyabarkan pengawalnya ”Orang itu tidak berbuat apa-apa, dia cuma bertanya apakah engkau gila? Yang saya jawab dengan Tidak.”
Umar merupakan khalifah yang rendah hati, tidak pernah bohong dan takut pada azab akhirat. SQ memungkinkan pemimpin menjadi kreatif, mengubah aturan dan situasi. SQ memberikan kemampuan pemimpin untuk membedakan, terikat akat moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada batasnya.
Pemimpin menggunakan SQ untuk membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, serta membayangkan kemungkinan yang belum terwujud untuk bermimpi dan menjadikan pemimpin tersebut rendah hati. SQ menjadikan pemimpin yang benar-benar utuh secara intelektual, emosional dan spiritual.
M. Suyanto
Ketua STMIK AMIKOM Yogyakarta
Image From: pexels.com
KOMENTAR