Dini hari sekitar pukul 03.00 WIB sepulang dari tempat teman, di jalan melihat seorang wanita persisnya ibu-ibu melihat dari perawakannya berumur 50 tahunan
Dini hari sekitar pukul 03.00 WIB sepulang dari tempat teman, di jalan melihat seorang wanita persisnya ibu-ibu melihat dari perawakannya berumur 50 tahunan, ibu tadi sambil menuntun sepeda ontelnnya dengan barang dagangannya yang besar sekali hingga ibu tadi kepayahan menuntun sepedanya.
Pagi dini hari waktu itu malamnya hujan dan tak pelak hawa dingin terasa sampai menusuk tulang yang waktu itu sayapun menggunakan jaket, namun ibu tadi kalau tidak salah memakai jarik dan atasannya pakaian khas oarang jawa. Yang saya pikir ketika melihat ibu tadi bagaimana payahnya berjuang agar dapur tetap mengepul, lalu jika ibu tadi punya suami atau anak kemana gerangan?
Kehidupan yang sekali ini, apa akan menjadi kehidupan yang naas buat diri kita dan orang yang kita sayangi, orang tua, adik, kakak dan tentunya istri atau dalam istilah jawa garwo (sigaring nyowo). Dulu sewaktu kita masih kecil dalam buaian seorang ibu (itupun kalau kita tidak dititipkan pada pengasuh atau dalam istilah modernya adalah baby sister) tentunya kita merasakan betapa kasih sayang seorang ibu kepada anaknya dalam mengasuh dan mendidik.
Waktu kecil kita hanya bisa merengek nangis setiap popok kita basah oleh air kencing kita sendiri, atau tenggorokan terasa haus atau juga perut lapar, kita hanya bisa merengek dan menangis tanpa tahu keadaan ibu kita pada saat itu yang payah mengurus kita yang belum bisa apa-apa, kemudian pekerjaan rumah yang tidak sedikit, tapi seorang ibu yang benar-benar sayang kepada kita dengan keringat dan tenaga yang payah berusaha membuat kita diam sewaktu menangis kehausan ataupun repotnya mengganti popok kita yang telah basah. Betapapun jika diharga tak akan pernah sebanding dengan uang berapa juta triliun-pun untuk menggantinya.
Lalu kemudian disaat ibu sudah tua dan tak bisa apa-apa dengan hati yang harus ikhlas pula (sedikit ada nada pakasaan “harus” karena banyak kita jumpai seorang anak ketika sudah besar tidak peduli dengan orang tua lebih tepat ibunya) kita akan merawat ibu meski sudah tidak dapat lagi berbicara dengan jelas, dengan ingatan yang semakin menurun, sampai untuk mengerti dengan apa yang dibutuhkan dan diinginkanpun kadang tidak tahu, kalau sedikit agak kasar mungkin bisa disebut orang pikun.
Ya tapi seberapun keadaanya, tetap beliau adalah ibu kita yang dulu waktu kecil kita diasuh dengan penuh kasih sayang yang tiada tara, bukankah manusia ketika kecil dengan masa tua hanya terdapat perbedaan yang tipis, mungkin hanya secara fisik saja yang menjadi perbedaan yang paling nyata.
Namun keadaan sangat kontras dengan cerita diatas ketika seorang ibu sibuk dengan pekerjaannya untuk mencari kekayaan, yang setiap harinya hanya menjadi seorang wanita karir dan hanya peduli dengan karir dan anak hanya sekedar cukup diberi uang jajan. Ketika kita terlahir dari rahim seorang ibu yang workaholic tentunya berbeda dengan terlahir dari rahim seorang ibu petani atau ibu rumah tangga biasa.
Jika kita terlahir dari rahim seorang ibu yang wanita karir mungkin setelah kita lahir kasih sayangnya akan dititipkan kepada pengasuh dan hanya dot yang setiap hari kita rasakan, mungkin hanya kecupan sayang di jidat ketika malam sudah menyelimuti alam. Kemudian tidak mengherankan jika anak-anak kota yang ibunya pekerja sampai lupa dengan anaknya...
bersamasung...
ilustrasi foto: antarafoto.com
Pagi dini hari waktu itu malamnya hujan dan tak pelak hawa dingin terasa sampai menusuk tulang yang waktu itu sayapun menggunakan jaket, namun ibu tadi kalau tidak salah memakai jarik dan atasannya pakaian khas oarang jawa. Yang saya pikir ketika melihat ibu tadi bagaimana payahnya berjuang agar dapur tetap mengepul, lalu jika ibu tadi punya suami atau anak kemana gerangan?
Kehidupan yang sekali ini, apa akan menjadi kehidupan yang naas buat diri kita dan orang yang kita sayangi, orang tua, adik, kakak dan tentunya istri atau dalam istilah jawa garwo (sigaring nyowo). Dulu sewaktu kita masih kecil dalam buaian seorang ibu (itupun kalau kita tidak dititipkan pada pengasuh atau dalam istilah modernya adalah baby sister) tentunya kita merasakan betapa kasih sayang seorang ibu kepada anaknya dalam mengasuh dan mendidik.
Waktu kecil kita hanya bisa merengek nangis setiap popok kita basah oleh air kencing kita sendiri, atau tenggorokan terasa haus atau juga perut lapar, kita hanya bisa merengek dan menangis tanpa tahu keadaan ibu kita pada saat itu yang payah mengurus kita yang belum bisa apa-apa, kemudian pekerjaan rumah yang tidak sedikit, tapi seorang ibu yang benar-benar sayang kepada kita dengan keringat dan tenaga yang payah berusaha membuat kita diam sewaktu menangis kehausan ataupun repotnya mengganti popok kita yang telah basah. Betapapun jika diharga tak akan pernah sebanding dengan uang berapa juta triliun-pun untuk menggantinya.
Lalu kemudian disaat ibu sudah tua dan tak bisa apa-apa dengan hati yang harus ikhlas pula (sedikit ada nada pakasaan “harus” karena banyak kita jumpai seorang anak ketika sudah besar tidak peduli dengan orang tua lebih tepat ibunya) kita akan merawat ibu meski sudah tidak dapat lagi berbicara dengan jelas, dengan ingatan yang semakin menurun, sampai untuk mengerti dengan apa yang dibutuhkan dan diinginkanpun kadang tidak tahu, kalau sedikit agak kasar mungkin bisa disebut orang pikun.
Ya tapi seberapun keadaanya, tetap beliau adalah ibu kita yang dulu waktu kecil kita diasuh dengan penuh kasih sayang yang tiada tara, bukankah manusia ketika kecil dengan masa tua hanya terdapat perbedaan yang tipis, mungkin hanya secara fisik saja yang menjadi perbedaan yang paling nyata.
Namun keadaan sangat kontras dengan cerita diatas ketika seorang ibu sibuk dengan pekerjaannya untuk mencari kekayaan, yang setiap harinya hanya menjadi seorang wanita karir dan hanya peduli dengan karir dan anak hanya sekedar cukup diberi uang jajan. Ketika kita terlahir dari rahim seorang ibu yang workaholic tentunya berbeda dengan terlahir dari rahim seorang ibu petani atau ibu rumah tangga biasa.
Jika kita terlahir dari rahim seorang ibu yang wanita karir mungkin setelah kita lahir kasih sayangnya akan dititipkan kepada pengasuh dan hanya dot yang setiap hari kita rasakan, mungkin hanya kecupan sayang di jidat ketika malam sudah menyelimuti alam. Kemudian tidak mengherankan jika anak-anak kota yang ibunya pekerja sampai lupa dengan anaknya...
bersamasung...
ilustrasi foto: antarafoto.com
KOMENTAR